Pembuatan Senyawa Koordinasi [Ni{NH3}6]I2


I.         Judul Percobaan          : Pembuatan Senyawa Koordinasi [Ni{NH3}6]I2
II.       Tanggal Percobaan    :  04 Oktober 2011
III.   Tujuan Percobaan       : Mempelajari pembuatan senyawa koordinasi                                                  [Ni{NH3}6]I2
IV.   Landasan Teori
Senyawa kompleks (senyawa koordinasi) adalah senyawa karakteristik dari logam-logam transisi. Hal ini berkaitan dengan tersedianya orbital d sehingga tidak hanya menghasilkan berbagai tingkat oksidsi melainkan juga mampu berinteraksi secara koordinasi dengan atom donor ligan. Senyawa kompleks [Ni{NH3}6]I2 merupakan salah satu contoh senyawa kompleks Ni2+ dengan bilangan koordinasi 6 yang relative mudah dapat dipelajari cara kristalisasinya. Keberhasilan preparasa ini pun dengan mudah dapat diuji terhadap ion Ni2+.         
Seperti yang telah dijelaskan pada ikatan kovalen koordinasi NH3 dan BF3 bereaksi membentuk H3N.BF3. Secara umum senyawa yang terbentuk melalui ikatan kovalen koordinasi dianggap sebagai senyawa koordinasi atau senyawa kompleks. Lebih khusus lagi senyawa koordinasi adalah senyawa yang pembentukannya melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi antara ion logam atau logam dengan ion nonlogam. Kini senyawa-senyawa koordinasi yang dihasilkan dengan melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi lebih sering disebut sebagai senyawa kompleks.
Beberapa jenis senyawa kompleks, yaitu:
1. Senyawa kompleks netral. Misalnya [Ni(CO)4]
2. Senyawa kompleks ionik. Senyawa kompleks ionik terdiri atas ion positif (kation) dan ion negatif (anion) misalnya [Ag(NH3)2]. Dalam senyawa kompleks ionik salah satu dari ion tersebut atau keduanya dapat merupakan ion kompleks. 3 jenis senyawa kompleks ionik yaitu:
a. Senyawa kompleks ionik dengan kation sebagai ion kompleks.
b. Senyawa kompleks ionik dengan anion sebagai ion kompleks.
c. Senyawa kompleks ionik dengan kation dan anion sebagai ion kompleks.
Berikut adalah beberapa senyawa kompleks ionik
s.k.i kation sebagai ion kompleks
s.k.i anion sebagai ion kompleks
s.k.i kation dan anion sebagai ion kompleks
[Ag(NH3)2]Cl
[Co(NH3)6](NO3)3
K3[Fe(CN)6]
K2[PtCl4]
[Co(NH3)6] [Cr(Cn)]
[Pt(NH3)4] [PtCl4]
Keterangan s.k.i : senyawa kompleks ionik
Atom Pusat, Ligan dan Atom Donor
               Pada pembentukan senyawa kompleks netral atau senyawa kompleks ionik, atom logam dan ion logam disebut sebagai atom pusat, sedangkan atom yang mendonorkan elektronnya ke atom pusat disebit atom donor. Atom donor dapat berupa suatu ion atau molekul netral. Ion atau molekul netral yang memiliki atom-atom donor yang dikoordinasikan pada atom pusat disebut ligan.
Tatanama senyawa kompleks terbagai menjadi dua jenis yakni tatanama sistematik dan tatanama umum.
Tata Nama Umum
              Tatanama umum kini jarang bahkan tidak digunakan lagi. Hal ini disebabkan tatanama dengan cara ini hanya didasarkan atas nama penemu atau warna yang dimiliki senyawa koordinasi.
Berikut adalah beberapa contoh senyawa koordinasi yang penamaannya didasarkan atas nama penemunya:
Garam Vauquelin
:
[Pd(NH3)4] [PdCl4]
Garam Magnus
:
[Pt(NH3)4] [PtCl4]
Senyawa Gmelin
:
[Co(NH3)6]2(C2O4)3
Garam Zeise
:
K[PtCl3(C2H4)].H2O
Sedangkan nama senyawa koordinasi yang didasarkan atas warna yang dimiliki adalah:
Biru prusia (prusian blue)
:
KFe[Fe(CN)6].H2O
Kompleks luteo (kuning)
:
[Co(NH3)5Cl]Cl2
Kompleks praseo (hijau)
:
[Co(NH3)4Cl2]

V. Alat dan Bahan
Alat :
a.       Beker gelas 100 ml
b.      Batang pengaduk
c.       Corong Hirsch
d.      Kertas saring
e.       Silinder pengukur 10 ml
f.       Tabung reaksi dan label

 Bahan :
a.       H2O2 3%
b.      Amonia 1M
c.       Etanol
d.      Nikel klorida heksahidrat
e.       Pontasium iodide
f.       Indikator amilum

VI. Prosedur Kerja
1.      Larutkan 1 gr nikel klorida heksahidrat dalam gelas beker yang berisi 5 ml air.
2.      Letakkan gelas beker tersebut dalam almari asap tambahkan 10 ml larutan NH3 pekat(15 M)
3.      Tambahkan ke dalam campuran tersebut 2,6 g potassium iodide. Biarkan campuran tersebut beberapa menit.
4.      Kumpulkan Kristal yang terbentuk dalam corong Hirsch, cuci 2 kali dengan 2 ml larutan etanol 1:1 dan kemudian tambahkan 2 ml etanol.
5.      Keringkan Kristal di udara terbuka dengan diangin-angin selama beberapa menit.
6.      Pindahkan kristal-kristal yang telah kering tersebut ke dalam kertas saring.
7.      Pindahkan kelebihan pelarut yang ada dengan menekan atau memampatkan Kristal-kristal tersebut diantara 2 lembar kertas saring
8.      Pindahkan hasilnya ke dalam tabung yang telah ditimbang beratnya dan diberi label.Timbang berat tabung beserta isinya dan hitunglah persentase berat yang dihasilkan berdasarkan jumlah nikel klorida heksahidrat yang digunakan.
9.      Lakukan tes pengujian adanya ion nikel dengan cara : larutkan sedikit sampel (~0,001 g dalam 0,5 ml air) tambahkan 2 tetes larutan NH3 (5 M) dan kemudian tambahkan 5 tetes larutan dimetil glioksim, maka akan terbentuk endapan merah strawberry bila larutan mengandung nikel (II).
10.  Lakukan tes pengujian adanya ion iodide dengan cara : lakukan sedikit sampel (~0,001 g dalam 0,5 ml air) dan asamkan dengan 2 tetes larutan asam sulfat 5 M kemudian tambahkan larutan H2O2 3%. Ujilah larutan tersebut dengan indicator amilum. Timbulnya warna biru kehitam-hitaman menunjukkan bahwa dalam larutan tersebut mengandung iodine.

VII. Hasil Pengamatan
No.
Cara Kerja
Hasil Pengamatan
1.
1 gr nikel klorida heksahidrat dalam beker gelas yang berisi 5 ml air.
Larutan berwarna hijau
2.
Gelas beker dimasukkan dalam lemari asam, ditambah 10 ml larutan NH3 pekat (15 M)
Larutan berubah berwarna biru
3.
Ditambah 2,6 gr kalium iodide. Biarkan beberapa menit
Larutan terpisah menjadi dua bagian. Bagian atas berwarna biru dan bawah terdapat endapan ungu.
4.
Larutan disaring menggunakan kertas saring. Dicuci dengan etanol 1:1 lalu ditambah 2 ml etanol.
Filtrat berwarna biru terang, terdapat endapan ungu.
5.
Keringkan Kristal di udara terbuka dengan diangin-anginkan selama beberapa menit.
Kristal menjadi kering
6.
Pindahkan Kristal yang telah kering kedalam kertas saring
Kristal kering
7.
Pindahkan kelebihan pelarut dengan menekan Kristal diantara 2 lembar kertas saring
Kristal menjadi lebih kering
8.
Pindah Kristal kedalam tabung yang telah ditimbang. Timbang tabung+ isinya. Hitung persentase berat yang dihasilkan.
Berat bersih Kristal seluruhnya adalah 0,6 gr

9.
Melakukan tes pengujian adanya ion nikel. 0,1 gr sampel dalam 0,5 ml air (larutkan). 1-2 tetes larutan NH3 (5 M) + 5 tetes dimetil glikosim (C4H8O2N2)
Larutan berwarna merah strawberry yang menandakan adanya ion nikel dalam larutan tersebut.
10.
Tes pengujian ion iodide: larutkan 0,1 gr sampel dalam 0,5 ml air. Ditambah 2 tetes H2SO4 5M + H2O2 3%. Uji dengan amilum.
Larutan berwarna biru yang menandakan adanya ion iodide dalam larutan tersebut.

VII. Persamaan reaksi
a.       Persamaan reaksi tes pengujian ion nikel :
Ni (s) + 6H2O (l) à [Ni (H2O)6]2+ (aq)
Ni2+ (aq) + 2NH3 + 2H2O (aq) à Ni(OH)2 ¯ (s) + 2NH4+
Ni (OH)2 ¯ (s) + 6NH3 à [Ni(NH3)6]2+ (aq) + 2OH- (aq)
[Ni(NH3)6]2+ (aq) + 2OH- (aq) + KI (aq) à [Ni(NH3)6]I2 (s) + 2KOH (aq)

b.      Persamaan reaksi tes ion iodide :
[Ni(NH3)6]I2 (s) + H2O (l) + H2SO4 (aq) à [Ni(NH3)6]2+ (s) + I- (aq) +                                                                                H2SO4 (aq) + H2O (aq)
H2O2 (aq) + 2I- (aq) + 2H+ (aq) à I2 (aq) + 2H2O (aq)

VIII. Pembahasan
            Percobaan kali ini yaitu mengenai Pembuatan senyawa koordinasi [Ni(NH3)6]I2 dimana yang akan dilakukan adalah melakukan pengujian adanya ion nikel dan ion iodide di dalam sampel yang akan dibuat.  Pada saat sampel dilarutkan didalam air yaitu nikel klorida heksahidrat, warna larutan menjadi hijau bening. Lalu ditambah dengan amoniak pekat warna larutan berubah menjadi biru. Dan terdapat endapan. Endapan ini adalah Ni(OH)2 Kemudian ditambahkan lagi kalium iodide maka larutan terpisah menjadi dua bagian. Bagian atas berwarna biru sedangkan bagian bawah berwarna ungu. Setelah ditambah kalium iodide inilah maka terbentuk senyawa koordinasi yaitu [Ni(NH3)6]I2 dlam bentuk endapan/padatan.kristal ataupun endapan yang terbentuk dikumpulkan menggunakan kertas saring,yang sebelumnya telah dicuci dengan larutan etanol. Fungsi pencucuian ini adalah untuk membebaskan senyawa tersebut dari unsur-unsur lain. Ketika diangin-anginkan  maka etanol akan hilang karena salah satu sifat alcohol adalah mudah menguap. Setelah didapatkan padatan senyawa yang diinginkan, sebelum digunakan terlebih dahulu ditimbang berat nya. Berat bersih Kristal yang diperoleh seluruhnya adalah 0,6 gr. Dari hasil kristalisasi ini didapatkan senyawa kompleks yang akan digunakan untuk tes pengujian apkah didalam senyawa terkandung ion iodide dan ion nikel.
            Untuk melakukan tes pengujian ion nikel, 0,1 gr dari sampel tadi dilarutkan di dalam air dan ditambahkan 1-2 tetes larutan amoniak (NH3) 5M. pada tes pengujian nikel perlu ditambahkan larutan amoniak karena amoniak berguna sebagai katalis dan menunjukkan bahwa reaksi dalam keadaan basa sehingga dapat membentuk endapan nikel, dan juga dimetil glikosim akan lebih cepat terbentuk dalam suasana basa. Terakhir ditambahkan 5 tetes dimetil glikosim. Fungsi dimetil glikosim adalah sebagai indicator yang menunjukkan jika ada unsur tertentu dengan timbulnya warna tertentu. Setelah ditambahkan larutan dimetil glikosim, larutan berubah warna menjadi merah strawberry yang menandakan bahwa didalam larutan tersebut mengandung ion nikel.
            Sedangkan untuk tes pengujian ion iodide sama seperti pada pengujian ion nikel, yaitu menggunakan sampel yang sama dengan berat 0,1 gr. Sampel dilarutkan dengan 0,5 air dan ditambah 2 tetes H2SO4. Perlu ditambahkan H2SO4 dalam campuran tersebut karena asam sulfat berguna sebagai katalis sehingga dapat menunjukkan bahwa reaksi dlam keadaan asam, dan juga untuk pelepasan iod (I2) pada saat penambahan H2O2. Indicator yang digunakan adalah amilum. Ketika ditambah amilum warna larutan berubah menjadi biru. Hal ini menandakan bahwa didalam larutan terkandung ion iodida. Warna yang seharusnya ditunjukkan ketika penambahan amilum adalah biru kehitaman, tetapi kami tidak mendapatkan warna tersebut, hal ini dikarenakan penambahan asam sulfat yang berlebihan.

IX. Kesimpulan
1.      Metode yang digunakan dalam pembuatan senyawa koordinasi ini adalah cara kristalisasi.
2.      Warna merah strawberry pada reaksi akhir pengujian ion nikel menandakan bahwa dalam larutan tersebut terkandung ion nikel.
3.      Sedangkan timbulnya warna biru kehitaman pada reaksi akhir pengujian ion iodide menandakan bahwa dalam larutan tersebut terkandung ion iodide.
4.      Penambahan larutan asam sulfat pada tes pengujian iodide karena kegunaanya sebagai katalis dan menunjukkan bahwa reaksi dalam keadaan asam sehingga dapat melepaskan iod (I2).
5.      Penambahan larutan amoniak pada tes pengujian ion nikel karena kegunaanya sebagai katalis dan menunjukkan bahwa reaksi dalam keadaan basa untuk membentuk endapan nikel.

Daftar Pustaka
Gulo Fakhili. 2007. Panduan Praktikum Kimia Anorganik 2. Indralaya: FKIP MIPA Universitas Sriwijaya
http://berkomentarlah.blogspot.com/2011/praktikum-kimia-senyawakompleks. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2011
http://airazahraannisa.blogspot.com/2009/10/senyawa-senyawa-kompleks/senyawa_kompleks.html. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2011














LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 2
PEMBUATAN SENYAWA KOORDINASI [Ni(NH3)6]I2
logo-unsri.jpg

Disusun Oleh :
Arief Maulana (06091010026)
Etrie Jayanti  (06091010003)
Fefti Asnia  (06091010024)
Ismi Ariningsih (06091010045)
Rahayu Wandari (06091010009)
Tiara Romadhona (06091010004)



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2011